Tuesday, 1 January 2013

menjadi guru profesional


JADI GURU PROFESIONAL


               
       Dalam manajemen sumber daya manusia, menjadi profesional adalah tuntutan jabatan, pekerjaan ataupun profesi. Ada satu hal penting yang menjadi aspek bagi sebuah profesi, yaitu sikap profesional dan kualitas kerja. Profesional (dari bahasa Inggris) berarti ahli, pakar, mumpuni dalam bidang yang digeluti.

        Menjadi profesional, berarti menjadi ahli dalam bidangnya. Dan seorang ahli, tentunya berkualitas dalam melaksanakan pekerjaannya. Akan tetapi tidak semua Ahli dapat menjadi berkualitas. Karena menjadi berkualitas bukan hanya persoalan ahli, tetapi juga menyangkut persoalan integritas dan personaliti. Dalam perspektif pengembangan sumber daya manusia, menjadi profesional adalah satu kesatuan antara konsep personaliti dan integritas yang dipadupadankan dengan skil atau keahliannya.                                     .

        Menjadi profesional adalah tuntutan setiap profesi, seperti dokter, insinyur, pilot, ataupun profesi yang telah familiar ditengah masyarakat. Akan tetapi guru...? Sudahkan menjadi profesi dengan kriteria diatas. Guru jelas sebuah profesi. Akan tetapi sudahkah ada sebuah profesi yang profesional...? Minimal menjadi guru harus memiliki keahlian tertentu dan distandarkan secara kode keprofesian. Apabila keahlian tersebut tidak dimiliki, maka tidak dapat disebut guru. Artinya tidak sembarangan orang bisa menjadi guru.              .

        Namun pada kenyataanya, banyak ditemui menjadi guru seperti pilihan profesi terakhir. Kurang bonafide, kalau sudah mentok tidak ada pekerjaan lain atau sebuah status sosial yang lekat dengan kemarginalan, gaji kecil, tidak sejahtera malah dibawah garis kemisikinan. Bahkan guru ada yang dipilih asal comot yang penting ada yang mengajar. Padahal guru adalah operator sebuah kurikulum pendidikan.Ujung tombak pejuang pengentas kebodohan. Bahkan guru adalah mata rantai dan pilar peradaban dan benang merah bagi proses perubahan dan kemajuan suatu masyarakat atau bangsa.                         .

        Mengingat guru adalah profesi yang sangat idealis, pertanyaannya adakah guru profesional itu...? Dan bagaimana melahirkan sosok guru yang profesional tersebut...?

        Kalau mengacu pada konsep di atas, menjadi profesional adalah meramu kualitas dengan intergiritas, menjadi guru pforesional adalah keniscayaan. Namun demikian, profesi guru juga sangat lekat dengan peran yang psikologis, humannis bahkan identik dengan citra kemanusiaan. Karena ibarat sebuah laboratorium, seorang guru seperti ilmuwan yang sedang bereksperimen terhadap nasib anak manusia dan juga suatu bangsa.Ada beberapa kriteria untuk menjadi guru profesional.



Memiliki skill/keahlian dalam mendidik atau mengajar          .

        Menjadi guru mungkin semua orang bisa. Tetapi menjadi guru yang memiliki keahlian dalam mendidikan atau mengajar perlu pendidikan, pelatihan dan jam terbang yang memadai. Dalam kontek diatas, untuk menjadi guru seperti yang dimaksud standar minimal yang harus dimiliki adalah:
  • Memiliki kemampuan intelektual yang memadai
  • Kemampuan memahami visi dan misi pendidikan
  • Keahlian mentrasfer ilmu pengetahuan atau  metodelogi pembelajaran
  • Memahami konsep perkembangan anak/psikologi perkembangan
  • Kemampuan mengorganisir dan problem solving
  • Kreatif dan memiliki seni dalam mendidik
Personaliti Guru                       .

         Profesi guru sangat identik dengan peran mendidik seperti membimbing, membina, mengasuh ataupun mengajar. Ibarat sebuah contoh lukisan yang akan ditiru oleh anak didiknya. Baik buruk hasil lukisan tersebut tergantung dari contonya. Guru (digugu dan ditiru)  otomatis menjadi teladan. Melihat peran tersebut, sudah menjadi kemutlakan bahwa guru harus memiliki integritas dan personaliti yang baik dan benar. Hal ini sangat mendasar, karena tugas guru bukan hanya mengajar (transfer knowledge)  tetapi juga menanamkan nilai - nilai dasar dari bangun karakter atau akhlak anak.                          .

Memposisikan profesi guru sebagai  The High Class Profesi
                        .

         Di negeri ini sudah menjadi realitas umum  guru bukan menjadi profesi yang berkelas baik secara sosial maupun ekonomi. Hal yang biasa, apabila menjadi Teller di sebuah Bank, lebih terlihat high class dibandingkan guru. jika ingin menposisikan profesi guru setara dengan profesi lainnya,  mulai di blow up bahwa profesi guru strata atau derajat yang tinggi dan dihormati dalam masyarakat. Karena mengingat begitu fundamental peran guru bagi proses perubahan dan perbaikan di masyarakat.

        Mungkin kita perlu berguru dari sebuah negara yang pernah porak poranda akibat perang. Namun kini telah menjelma menjadi negara maju yang memiliki tingkat kemajuan ekonomi dan teknologi yang sangat tinggi. Jepang merupakan contoh bijak untuk kita tiru. Setelah Jepang kalah dalam perang dunia kedua,  dengan dibom atom dua kota besarnya, Hirohima dan Nagasaki, Jepang menghadapi masa krisis dan kritis kehidupan berbangsa dan bernegara yang sangat parah. Namun ditengah kehancuran akibat perang, ditengah ribuan orang tewas dan porandanya infrastruktur negaranya, Jepang berpikir cerdas untuk memulai dan keluar dari kehancuran perang. Jepang hanya butuh satu keyakinan, untuk bangkit. Berapa guru yang masih hidup...?

       Hasilnya setelah berpuluh tahun berikut, semua orang terkesima dengan kemajuan yang dicapai Jepang. Dan tidak bisa dipungkiri, semua perubahan dan kemajuan yang dicapai, ada dibalik sosok Guru yang begitu dihormati dinegeri tersebut.

       Kini, lihatlah Indonesia, negara yang sangat kurang respek dengan posisi guru. Negara yang kurang peduli dengan nasib guru. Kini lihatlah hasilnya. Apabila mengacu pada Human Index Development (HDI), Indonesia menjadi negara dengan kualias SDM yang memprihatinkan. Berdasarkan HDI tahun 2007,  Indonesia berada diperingkat 107 dunia dari 177 negara. Bila dibandingkan dengan negara sekitar, tingkat HDI Indonesia jauh tertinggal.Contoh Malaysia berada diperingkat 63,  Thailand 78, dan Singapura 25. Indonesia hanya lebih baik dari Papua Nugini dan Timor Leste yang berada diposisi 145 dan 150.                  .

       HDI merupakan potret tahunan untuk melihat perkembangan manusia di suatu negara. HDI adalah kumpulan penilaian dari 3 kategori, yakni kesehatan, pendidikan dan ekonomi. Menjadi jelaslah bahwa, sudah saatnya Indonesia menjadikan sektor pendidikan sebagai prioritas utama dalam program pembangunan. Apabila hal ini tidak dibenahi, bukan hal mustahil daya saing dan kualitas manusia Indonesia akan lebih rendah dari negara yang baru saja merdeka seperti Vietnam atau Timor Leste.

          Lima karakter guru yang profesional
      Segera setelah kebijakan sertifikasi digulirkan pemerintah, banyak guru (termasuk saya) yang kemudian gamang mengenai arti sesungguhnya dari ‘profesionalisme’. Guru yang mengajar di kelas dari hari ke hari punya dua ujung sebagai perjalanan kariernya. Ujung pertama adalah rutinitas, artinya ia akan jadi orang yang pasif, terjebak rutinitas, cenderung bekerja demi harapkan gaji dan tunjangan di akhir bulan. Ujung kedua adalah ia semakin cinta pada profesi dan terus meningkatkan diri serta merasa hidupnya ‘berkah’ karena mengajar dan menyebarkan ilmu.
      Pasti semua dari kita ingin menjadi guru yang menemui ujung kedua seperti yang saya ceritakan di atas. Untuk sampai kesana tidak bisa tidak kita membutuhkan karakter. Sebuah karakter yang memang tidak mudah untuk dipraktekkan serta berhubungan dengan banyak faktor lain. Silahkan mencermati karakter apa saja yang bisa membuat seorang guru menjadi guru profesional;
 1. Rendah hati
      Karakter ini membuat seorang guru berpikiran terbuka serta mudah menerima hal-hal baru. Di depan siswa atau sesama guru ia terus terang jika tidak tahu. Maklum ditengah pesatnya pertumbuhan dan akses kepada informasi, semua orang benar-benar mesti belajar kembali dan bersedia menjadi seorang pembelajar. Hal ini membuat ia menjadi mitra belajar yang mengasyikkan bagi siswa dan sesama guru. Karakter rendah hati juga menjadi pembuka jalan bagi masuknya ilmu baru. Di sebuah sekolah jika semua gurunya rendah hati akan terjadi transfer ilmu dan terbentuk komunitas pembelajar, karena semua orang dihargai dari apa kontribusi tenaga dan ilmunya dan bukan dari seberapa seniornya ia di sekolah.
2. Pandai mengelola waktu
      Sebagai seorang yang bekerja dengan administrasi serta tugas mengajar yang banyak setiap minggunya, guru dituntut untuk pandai mengelola waktu. Bukan cuma siswa dikelas saja yang punya hak terhadap diri kita, namun juga keluarga terdekat kita di rumah yang memerlukan perhatian. Guru yang pandai mengelola waktu membedakan prioritas dalam bekerja, mana yang mesti dikerjakan sekarang atau yang mesti digarap secara bertahap.
3. Menghargai proses.
       Saat mengajar sering kita pulang ke rumah dalam keadaan yang sangat lelah. Sering juga kita dilanda kebosanan sambil berucap dalam hati “seperti inikah rasanya jadi guru”. Sebagai manusia biasa wajar sekali jika perasaan itu datang. Semua perasaan tersebut akan hilang jika sebagai guru kita menghargai proses. Proses yang saya maksud adalah seperti jalannya atau perputaran alam semesta yang kita rasakan. Ada pagi ada siang, ada gelap dan ada terang. Jika suatu saat kita gagal atau belum berhasil dalam mengajar, hargailah usaha yang diri kita sendiri lakukan. Sebab mengingat-ingat kegagalan tanpa memandang atau menghargai usaha diri kita sendiri akan membuat malas di kemudian hari untuk melakukan inovasi dalam mengajar. Ada perasaan khawatir atau takut untuk berubah hanya karena pernah gagal. Jika itu terjadi siswa yang akan jadi korban karena sebagai guru anda akan tampil biasa-biasa saja dan miskin inovasi.
4. Berpikiran terbuka
       Informasi dan ilmu pengetahuan berkembang dan bertambah sedemikian pesatnya. Dalam hitungan detik informasi bertambah dengan cepat. Saat ini informasi ada di mana saja, semua tersedia tinggal bagaimana seseorang dengan pikirannya bisa mencerna dan memanfaatkan. Sebagai seorang guru sikap berpikiran terbuka inilah yang paling bermakna saat ini untuk diterapkan. Dengan berpikiran terbuka guru jadi mudah untuk menerima perbedaan dan senang akan perubahan. Di kelas dan sekolah sejak dulu siswa dibagi menjadi murid yang ‘pintar’, ‘bodoh’ dan ‘sedang-sedang saja’. Belum ada pikiran yang terbuka yang mengatakan bahwa setiap anak adalah unik dan bisa menjadi ‘juara’ di bidangnya masing-masing. Saat guru berpikiran terbuka ia akan bisa sekuat tenaga membuat setiap siswa di kelasnya meraih masa depan sesuai potensinya. Dengan pikiran terbuka guru juga jadi mudah untuk menyerap ilmu dari siapa saja tanpa mesti katakan “aah saya sudah tahu” atau “ah saya sudah pernah menerapkan” karena di masa sekarang ini ilmu bisa datang dari siapa saja, ia bisa datang dari buku dan media massa, sesama guru, orang tua siswa bahkan dari siswa kita di kelas.
5. Percaya diri
       Bedakan antara rasa percaya diri dan sombong. Dalam mempersiapkan dan merencanakan pengajaran di kelas bisa saja guru mengatakan semua yang akan diajarkannya sudah ada di ‘luar kepala’ hal ini berarti sama saja mengatakan sebagai guru ia anti terhadap kegiatan belajar lagi. Padahal bukan seperti itu guru yang percaya diri. Guru yang percaya diri akan sekuat tenaga mempersiapkan sambil tetap percaya diri jika ada masalah yang timbul saat ia sedang melaksanakan perencanaan pengajarannya. Ia yakin sesulit apapun masalah yang timbul saat ia sedang melaksanakan hasil perencanaan pengajarannya, tetap akan memberikan pengalaman dan masukan bagi karier mengajarnya di masa depan.

     Delapan Kiat Menjadi Guru Profesional
      Guru adalah peran yang sangat penting dalam peradaban manusia. Guru menjadi pencetak generasi penerus umat manusia. Guru mengajar dengan asal-asalan dan tidak profesional beresiko menghasilkan generasi penerus yang rusak dan selanjutnya akan menghancurkan peradaban masyarakat. Sehingga guru yang profesional mutlak diperlukan.
       Selain itu, dari sudut pandang Islam, profesionalisme adalah keharusan bagi tiap profesi dan pengampu amanah. Rasulullah SAW pernah bersabda: “Jika urusan diserahkan pada yang bukan ahlinya, maka tunggulah kehancurannya.”. Maka sebagai muslim, selayaknya kita berusaha profesional dalam setiap urusan termasuk jika kita berprofesi sebagai guru.
       Lalu bagaimanakah cara untuk menjadi guru yang profesional? Sebenarnya pertanyaan ini lebih cocok ditujukan kepada para guru yang telah berpengalaman dan diakui integritasnya oleh pemerintah dalam bentuk penghargaan atau oleh masyarakat dalam bentuk pujian. Tetapi karena artikel ini bersifat obligation/wajib, maka saya akan mencoba menjabarkan kiat-kiat menjadi guru yang profesional berdasarkan pengetahuan yang saya miliki. Namun, karena kiat-kiat ini berdasarkan ilmu dan bukan praktek, akan terasa lebih teoritis dan tidak praktis. Saya mohon maaf untuk itu. Adapun kiat-kiat menjadi guru profesional adalah: (1) meluruskan niat; (2) membetulkan motivasi; (3) mempelajari materi ajar tanpa henti; (4) menerapkan materi ajar dalam kehidupan sehari-hari; (5) mempelajari metode mengajar yang efektif (6) mempelajari murid yang diajar; (7) memperhatikan akhlak murid; dan (8) menerapkan 7 kiat tersebut. Penjabarnnya adalah sebagai berikut
1.      Meluruskan Niat
       Dalam konsep Islam, niat adalah hal yang penting dalam setiap pekerjaan (amal), apakah itu amal ibadah, amal keseharian, maupun profesi. Rasulullah bersabda: “Amal-amal itu hanya bergantung kepada niatnya dan setiap orang yang beramal hanya akan mendapatkan sesuai apa yang diniatkannya” (Riyadhus-Shalihin Bab I Hadits 1). Oleh karena itu, sebagai muslim kita harus meluruskan niat kita, termasuk dalam profesi kita sebagai guru. Niatkan hanya lillahi Ta’ala. Dengan niat yang ikhlas hanya untuk mencari redha-Nya, secara sukarela kita akan berusaha untuk meningkatkan kualitas pengajaran kita. Karena kita yakin bahwa apa yang kita lakukan adalah untuk persembahan kepada Alloh sehingga kita mempersembahkan apa yang terbaik bagi kita.
2.      Membetulkan Motivasi
       Motivasi yang paling baik, sepengetahuan saya adalah melakukan sesuatu untuk aktualisasi diri. Secara sederhana, aktualisasi diri dirumuskan dalam kalimat: “do what you love and love what you do” atau “lakukanlah apa yang kamu sukai dan sukailah apa yang kamu lakukan”. Artinya, pekerjaan terbaik yang kita tekuni adalah yang kita sukai. Maka, sebelum memasuki profesi guru ada baiknya kita nilai, apakah kita mencintai kegiatan mengajar dan mendidik. Jika tidak sebaiknya kita tidak berkecimpung di profesi pendidikan.
       Tetapi jika kita memang memiliki tekat untuk menjadi seorang guru atau pendidik, atau misalnya kita sudah terlanjur berkecimpung di profesi guru, maka kita bisa berusaha sedikit demi sedikit mencintai kegiatan mendidik dan mengajar tersebut. Para leluhur kita di Jawa meyakini bahwa rasa cinta itu bisa dipelajari. Kata mereka, “Witting tresna jalaran saka kulina atau artinya adalah “Cinta itu datang karena karena sudah terbiasa/mengenal”. Maka kita bisa mulai menari tahu apa keuntungan kegiatan mengajar dan mendidik bagi kita, apa manfaatnya bagi orang lain, kemudian kita berdoa kepada Alloh agar menjadikan kita mencintai kegiatan mengajar. InsyaAlloh dengan usaha, lama kelamaan akan tumbuh rasa cinta pada profesi pendidikan.
        Kenapa perlu rasa suka pada profesi guru jika ingin menjadi guru yang profesional? Karena jika kita telah suka pada suatu hal, kita akan sukarela mempersembahkan yang terbaik bagi hal tersebut. Jika kita suka mengajar, kita akan secara sukarela berusaha untuk mengajar dengan baik. Selain itu, jika kita menemukan kesulitan, kita tidak akan mudah patah semangat. Sehingga kita terus melakukan peninggakatan kualitas pengajaran menuju profesionalisme.
3.      Mempelajari Materi Ajar Tanpa Henti
       Menjadi guru bukan berarti berhenti dari belajar, terlebih materi yang diajarkan. Sebagai guru kita harus meningkatkan pemahaman dan pengetahuan kita tentang materi yang kita ajarkan. Jika guru paham betul materi ajarnya, ia akan lebih mudah mencari penjelasan yang gamblang tetapi sederhana kepada muridnya. Selain itu guru yang faham betul meteri ajarnya akan mudah mencari perumpamaan-perumpaan nyata untuk mempermudah penjelasannya kepada murid. Murid tentu akan lebih mudah menangkap penjelasan yang sederhana daripada penjelasan yang njelimet.
        Selain itu, guru juga harus mengikuti perkembangan-perkembangan terkini tentang materi yang diajarkannya (updating). Updating perkembangan terbaru tentang ilmu yang diajarkan akan meningkatkan dan memperdalam pemahaman guru tentang ilmu tersebut. Pengetahuan yang up to date juga akan menghindarkan guru dari penjelasan yang salah kepada murid. Selain itu, saat murid mencari bahan materi yang diajarkan dari sumber selain guru, misal dari internet atau dari buku, ia tidak akan menemukan penjelasan yang bertentangan dengan penjelasan gurunya.
4.      Menerapkan Materi Ajar Dalam Kehidupan Sehari-hari
        Mengamalkan materi ajar maksudnya adalah menerapkan apa yang diajarkan kepada murid dan esensi ilimu tersebut ke dalam kehidupan sehari-hari guru. Misal seorang guru yang mengajarkan PPKN, maka dalam kehidupan sehari-harinya guru tersebut harus menerapkan tenggang rasa, naisonalisme, kesadaran akan hak dan kewajiban. Mungkin ada pertanyaaan, lalu bagaimana dengan guru yang mengajarkan matematika? Yang perlu ia terapkan, selain melakukan penghitungan yang benar, juga mengenai cara berfikir matematis yang rasional, cara memecahkan masalah yang dalam matematika menggunakan jalan tertentu dengan runut dan terukur, dll.
        Ilmu yang diamalkan dalam kehidupan sehari-hari akan melekat pada diri orang yang mengamalkannya tersebut, dalam istilah orang Jawa disebut ngelmu. Selain itu, penerapan ini juga akan menambah luas pemahaman dan kecintaan diri kepada ilmu yang diajarkan. Dengan kecintaan pada ilmu, guru akan secara senang menjelaskan ilmunya kepada murid dengan metode terbaik. Pemahaman yang luas akan sangat membantu guru dalam menjelaskan ilmu yang diajarkannya kepada murid. Selain itu, pengalaman dalam kehidupan sehari-hari akan menjadi contoh nyata bagi murid dan contoh adalah pola pengajaran yang paling baik.
5.      Mempelajari Metode Mengajar Yang Efektif
       Para ahli pendidikan telah menemukan dan mengemukakan berbagai metode pengajaran yang efektif. Metode pengajaran yang baik ini tidak hanya terbatas pada metode pengajaran di dalam kelas, tetapi juga cara menjelaskan yang efektif (face to face), cara menjawab pertanyaan murid dengan efektif, cara mengoreksi kesalahan yang efektif, dll. Seorang guru yang ingin menjadi profesional tentulah perlu untuk mempelajari metode-metode ini dan menerapkannya di dalam kelasnya atau dalam situasi lain saat mengajar kepada murid-muridnya. Cara mengajar, mengatur situasi kelas, mengoreksi yang efektif, dll telah banyak dibahas di bidang ilmu Psikologi Pendidikan dan banyak buku atau artikel yang beredar tentang hal tersebut.
6.      Mempelajari Murid Yang Diajar
        Selain perlu mempelajari metode ajar yang baik, guru juga perlu mempejari aspek-aspek murid yang ia ajar. Pengenalan murid ini baik secara umum maupun secara individu/personal. Misal, seorang guru yang mengajar anak-anak remaja perlu tau semua aspek psikologis remaja secara umum, selain itu ia juga perlu mengenal karakter dan sifat masing-masing murid yang ia didik. Pengenalan ini akan lebih memudahkan guru dalam memilih metode interaksi, metode penjelasan, metode menjawab, saat ia berhadapan dengan muridnya. Selain itu, pengenalan ini akan lebih memudahkan guru dalam mengimproviasi teori metode mengajar efektif yang mungkin kurang cocok diterapkan pada muridnya dan ia bisa menemukan metode yang lebih efektif untuk mengajar murid-murinya.
7.      Memperhatikan Akhlak Murid
       Ilmu tanpa moral adalah buta. Pendidikan yang tidak mengindahkan akhlak peserta didik akan menghasilkan generasi penerus yang berpotensi menghancurkan peradaban masyarakat. Generasi yang suka minteri atau orang pintar yang membodohi orang lain untuk kepentingannya sendiri juga lahir dari pendidikan yang hanya mementingkan prestasi tanpa mengindahkan akhlak peserta didik. Maka, sebagai pendidik, guru perlu memperhatikan akhlak peserta didiknya. Tidak perduli materi ajarnya, apakah guru matematika, sejarah, fisika, guru tetap harus memperhatikan akhlak muridnya.
        Selain itu, guru tidak hanya bertanggung jawab untuk menyampaikan materi ajar semata. Guru, jika ingin disebut profesional juga bertanggung jawab tentang  kualitas penangkapan materi ajar oleh murid atau tingkat pemahaman murid. Imam Waqi’, guru Imam Syafi’i, rahimahumalloh mengajarkan Imam Syafi’i bahwa ilmu adalah cahaya Alloh yang tidak akan dianugerahkan kepada pelaku maksiat. Artinya, orang yang berakhlak jelek tidak akan mendapatkan ilmu dengan sempurna. Ia mungkin mendapatkan pengetahuan tetapi ia tidak akan menangkap esensi ilmu yang dipelajarinya. Oleh karena itu penting bagi guru untuk memperhatikan akhlak muridnya. Memperhatikan tidak hanya mengawasi tetapi juga mendidikkan akhlak terpuji dan membetulkan jika terdapat akhlak tidak terpuji.
8.      Menerapkan 7 Kiat di Atas
       Langkah terkahir dan paling penting adalah menerapkan 7 kiat tersebut di atas setiap hari. Ilmu tanpa amal/penerapan seperti pohon tanpa buah, artinya kita tidak akan mendapatkan manfaat dari ilmu tersebut. Maka, setelah mengetahui kiat-kiat tersebut, kita harus segera menerapkannya. Mungkin di awal-awal kita akan merasa susah dan canggung. Mungkin juga saat awal menerapkan kiat tersebut kita akan melakukan berberapa kesalahan. Itu biasa sebagai proses belajar. Setelah terbiasa melakukan kiat-kita tersebut, insyaAlloh akan dirasakan manfaatnya. Amin

No comments:

Post a Comment

terima kasih telah berkunjung ke blog saya