Saturday, 3 January 2015

berpikir matematika



PRAKATA

Bismillahirrahmannirahim.
       Alhamdulillah, segala puji dan Syukur penulis panjatkan ke Hadirat Allah SWT yang telah memberikan kekuatan dan kesabaran kepada penulis sehingga  dapat menuntaskan makalah ini dari awal sampai akhir. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Baginda Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan sahabatnya, karena atas jasa beliaulah kita semua menjadi masyarakat yang bermoral dan berilmu pengetahuan.
       Makalah ini di maksudkan untuk  memenuhi salah satu tugas perkuliahan pada jurusan MATEMATIKA  di STKIP Kusuma Negara Jakarta kampus Tigaraksa. Dalam mata kuliah Perencanaan dengan judul “Berpikir Matematika”.
Penulis menyadari  bahwa penyusunan makalah ini tidak lepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang setinggi tingginya kepada:
1.A. Supriyatna, M.M, M.Pd. Selaku pengurus dan penasehat akademik STKIP Kusuma      Negara jakarta kampus Tigaraksa.
2.Sumantri M.Pd. Selaku Dosen pembimbing mata kuliah Perencanaan
3.Yang  tercinta  Ayahanda dan Ibunda,yang telah memberikan do’a  dan dukungannya.
4.Rekan-rekan Mahasiswa/i STKIP Kusuma Negara, yang telah membantu dan memberi dukungannya.
       Kritik dan saran yang bersifat membangun penulis harapkan dari berbagai pihak agar kedepannya tercipta karya -karya ilmiah yang lebih profesional.Akhirnya penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca  umumnya dan penulis khususnya . Semoga Allah SWT  selalu membrikan rahmat dan hidayahnya kepada kita semua.Amin.

Tigaraksa, desember 2014


Penulis

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................................... ii
DAFTAR ISI........................................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................... 1
A. Latar Belakang........................................................................................................... 1
B. Tujuan......................................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN....................................................................................................... 2
A. karakteristik Berpikir matemtika................................................................................ 2
B. Subtansi Berpikir Matematika.................................................................................... 4
C. Aliran Matematika...................................................................................................... 6
BAB III PENUTUP.............................................................................................................. 9
A.    Kesimpulan.............................................................................................................. 9
B.    Saran....................................................................................................................... 9
DAFTAR PUSTAKA










BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Untuk melakukan kegiatan ilmiah secara baik diperlukan sarana berpikir. Tersedianya sarana tersebut memungkinkan dilakukannya penelaahan ilmiah secara teratur dan cermat. Penguasaan sarana berpikir ilmiah ini merupakan suatu hal yang bersifat imperatif bagi seorang ilmuwan. Tanpa menguasai hal ini maka kegiatan ilmiah yang baik tak dapat dilakukan. Pada dasarnya sara ilmiah merupakan alat yang membantu kegiatan ilmiah dalam berbagai langkah yang harus ditempuh.

Untuk dapat melakukan kegiatan berpikir ilmiah dengan baik maka diperlukan sarana yang berupa bahasa, logika, matematika dan statistika. Kemampuan berpikir ilmiah yang baik harus didukung oleh penguasaan sarana berpikir dengan baik pula. Salah satu langkah ke arah penguasaan itu adalah mengetahui dengan benar peranan masing-masing sarana berpikir tersebut dalam keseluruhan proses berpikir ilmiah.

Pada makalah ini, berdasarkan tugas yang diberikan kami hanya membahas sarana matematika

B. Tujuan
Untuk memungkinkan kita melakukan penelaahan ilmiah secara baik dengan menggunakan sarana berpikir matematika




BAB II
PEMBAHASAN
BERPIKIR MATEMATIKA
Menurut Henningsen dan Stein (1997, h. 525), kemampuan berpikir matematik tingkat tinggi pada hakekatnya merupakan kemampuan berpikir non-prosedural yang antara lain mencakup hal-hal berikut: kemampuan mencari dan mengeksplorasi pola untuk memahami struktur matematik serta hubungan yang mendasarinya; kemampuan menggunakan fakta-fakta yang  tersedia secara efektif dan tepat untuk memformulasikan serta menyelesaikan masalah;kemampuan membuat ide-ide matematik secara bermakna; kemampuan berpikir dan bernalar secara fleksibel melalui penyusunan konjektur, generalisasi, dan jastifikasi; serta kemampuan menetapkan bahwa suatu hasil pemecahan masalah bersifat masuk akal atau logis.

A.    Karakateristik Berpikir Matematika
Menurut Katagiri (2004) bahwa karakteristik berpikir matematika dibagi menjadi empat karakteristik yaitu fokus kepada himpunan, berpikir bergantung pada tiga variabel, pemahaman denotatif dan berpikir matematika sebagai kekuatan pendorong dibelakang pengatahuan dan keterrampilan. Karakteristik berpikir matematik ini merupakan cara yang mendasar dalam memahami jenis  berpikir matematika yang ada. Dengan memahami karakteristik berpikir matematika berarti dia telah memiliki pemahaman matematik yang kuat.
1.    Fokus kepada himpunan
Menurut Lipschutz (1981) bahwa konsep yang paling mendasar di semua cabang matematika adalah himpunan. Himpunan adalah semua/sesuatu daftar yang didefinisikan dengan baik berupa kumpulan, atau kelas dari objek. Missal objek dalam himpunan adalah bilngan, orang, surat, sungai, dll. Objek-objek tersebut dinamakan elemen atau anggota dari himpunan.
Fokus pada himpunan merupakan suatu sikap dalam berpikir matematika. Jadi orang yang bersikap fokus pada himpunan, berarti dia telah berusaha menganalogikan, membatasi dan memenuhi peraturan matematika pada cara berpikirnya. Jika seseorang tidak fokus pada himpunan/kurang fokus, dapat dijamin bahwa cara berpikir matematikanya adalah sangat lemah.

2.    Berpikir bergantung pada tiga variabel
Menurut Katagiri (2004) bahwa berpikir matematika itu tidak bergantung pada masalah atau situasi saja, akan tetapi bergantung pada masalah (situasi), orang yang terlibat dan strategi. Ketiga komponen tersebut merupakan variabel yang mutlak dalam berikir matematika. Orang yang cerdas dalam berpikir matematika bisa dikatakan orang yang paham terhadap masalah (situasi) dan dia berusaha melibatkan diri pada masalah tersebut dalam situasi yang ada serta memiliki strategi/ pendekatan yang tepat guna memecahkan masalah.
3.    Pemahaman denotatif (makna sebenarnya)
Menurut Katagiri (2004) bahwa suatu konsep terdiri dari komponen baik konotatif dan denotatif. Salah satu metode yang menjelaskan konsep berpikri matematika adalah metode yang jelas mengekspresikan makna konotatif. Makna konotatif dalah makna kiasan. Boleh kita menyebutnya sebagai jembatan untuk memhamai makna sebenarnya.

Menurut kamus bahasa Indonesia (Yandianto, 2001) arti kata denotatif adalah makna sebenarnya/sesungguhnya. Atau bisa dikatakan makna secara harfiah murni. Jika dikaitkan dengan berpikir matematika bisa dikatakan bahwa denotatif itu adalah penerjemahan berdasarkan kesepakatan, definisi, konsep, aksioma, postulat, teorema dll.
Jadi dalam berpikir matematika, pemahaman denotatif merupakan hal yang dibenarkan. Untuk pemahaman konotatif hanya sebagai pembantu/jembatan menuju pemahaman denotatif.
4.    Berpikir matematika adalah kekuatan pendorong di belakang pengetahuan dan keterampilan
Berpikir Matematika bertindak sebagai kekuatan penuntun yang memunculkan pengetahuan dan keterampilan,  dengan membantu menyadari bahwa pengetahuan yang diperlukan atau keterampilan itu sangat penting untuk memecahkan setiap masalah yang dihadapi. Hal ini juga harus dilihat sebagai kekuatan pendorong di belakang pengetahuan dan keterampilan. Ada lagi jenis pemikiran matematika yang bertindak sebagai motor penggerak untuk memunculkan kekuatan jenis berpikir matematika lainnya bahkan lebih diperlukan. Hal ini disebut sebagai sikap matematika.


B.     Substansi Berpikir Matematika
Sangat penting untuk mencapai pemahaman denotatif sebagai beton berpikir matematika, berdasarkan pemikiran mendasar yang diuraikan pada karakteristik berpikir matematika.  Mari kita daftarkan berbagai jenis berpikir matematika. Pertama, berpikir matematika dapat dibagi menjadi tiga kategori yaitu (II) berpikir matematika terkait dengan metode matematika, (III) berpikir matematika terkait dengan Isi matematika. Selain itu, tindakan-tindakan berikut sebagai kekuatan pendorong di belakang kategori tersebut adalah (I) sikap matematika.
 Meskipun kebutuhannya berdasarkan kategoritersebut, pertimbangan lebih lanjut seperti yang dijelaskan di bawah ini akan mengungkap fakta bahwa sangat  tepat untuk membagi berpikir matematika ke II dan III.
Berpikir matematika digunakan dalam kegiatan matematika, dan karena itu erat berhubungan dengan isi dan metode aritmatika dan matematika. Misalnya, berbagai metode yang berbeda diterapkan ketika aritmatika atau matematika digunakan untuk melakukan kegiatan belajar matematika, bersama dengan berbagai jenis isi matematika.  Lebih tepatnya bahwa semua metode dan jenis isinya adalah jenis berpikir matematika. 
Hal ini disebabkan  bahwa cara berpikir matematika  terdiri dari metode dan jenis isinya memiliki arti. Mari kita fokus pada jenis isi dan metode matematika seperti yang kita ketahui dalam  berpikir matematika dari kedua sudut. Sebagai alasannya, tiga kategori logis dapat urutkan. Kategori-kategori tersebut menurut Kagiri (2004) adalah sebagai berikut.
1.    Sikap matematika
a.  Mencoba untuk memahami masalah sendiri atau tujuan atau substansi dengan jelas, oleh diri sendiri
b.    Mencoba untuk mengambil tindakan logis
c.    Mencoba untuk mengekspresikan materi dengan jelas dan ringkas
d.   Mencoba untuk mencari hal yang lebih baik
2.    Berpikir matematika terkait dengan metode matematika
a.    Berpikir induktif
b.    Berpikir analogis
c.    Berpikir deduktif
d.   Berpikir integratif
e.    Berpikir pengembangan
f.     Berpikir abstraktif
g.    Berpikir yang sederhana
h.    Berpikir yang meluas
i.      Berpikir yang khas
j.      Berpikir yang melambangkan
k.    Berpikir yang mengekspresikan angka, kuantitas dan bentuk (gambaran)
3.    Berpikir matematika terkait dengan isi matematika
a.  Memperjelas objek himpunan untuk dipertimbangkan dan objek untuk dikeluarkan dari himpunan, serta mengklarifikasi kondisi untuk dimasukkan (ide himpunan)
b.    Fokus pada elemen konstituen (unit) dan ukuran serta hubungan (Ide unit)
c.    Mencoba untuk berpikir berdasarkan prinsip-prinsip dasar ekspresi (Ide ekspresi)
d.   Memperjelas dan memperluas makna suatu hal dan operasi, dan mencoba untuk berpikir berdasarkan ide operasi
e.    Mencoba untuk merumuskan metode operasi (Ide dari algoritma)
f.  Mencoba untuk memahami gambaran besar dari objek dan operasi, dan menggunakan hasilnya untuk pemahaman (Ide dari pendekatan)
g.    Fokus pada aturan dasar dan sifat (Ide dari sifat dasar)
h. Mencoba untuk fokus pada apa yang ditentukan oleh keputusan seseorang, menemukan aturanhubungan antara variabel, dan menggunakan sesuatu/hal yang sama (Berpikir Fungsional)
i. Mencoba untuk mengekspresikan proposisi dan hubungan sebagai formula, dan untuk mengetahui tujuan (Ide formula)
C.    Aliran dalam Matematika

1.      Formalisme
Formalis seperti David Hilbert (1642 –1943) berpendapat bahwa matematika adalah tidak lebih atau tidak kurang sebagai bahasa matematika. Hal ini disederhanakan sebagai deretan permainan dengan rangkaian tanda –tanda lingistik, seperti huruf-huruf dalam alphabet Bahasa Inggeris. Bilangan dua ditandai oleh beberapa tanda seperti 2, II atau SS0. Pada saat kita membaca kadang-kadang kita memaknai bacaan secara matematika, tetapi sebaliknya istilah matematika tidak memiliki sebarang perluasan makna (Anglin, 1994). Formalis memandang matematika sebagai suatu permainan formal yang tak bermakna (meaningless) dengan tulisan pada kertas, yang mengikuti aturan (Ernest, 1991).

Menurut Ernest (1991) formalis memiliki dua dua tesis, yaitu
1. Matematika dapat dinyatakan sebagai sistem formal yang tidak dapat ditafsirkan sebarangan, Kebenaran matematika disajikan melalui teorema-teorema formal.
2. Keamanan dari sistem formal ini dapat didemostrasikan dengan terbebasnya dari ketidak Konsistenan
Ada bermacam keberatan terhadap formalisme, antara lain;
 (1) formalis dalam memahami obyek matematika seperti lingkaran, sebagai sesuatu yang kongkrit, padahal tidak bergantung pada obyek fisik;
 (2) formalis tidak dapat menjamin permainan matematika itu konsisten.

Keberatan tersebut dijawab formalis bahwa
(1) lingkaran dan yang lainnya adalah obyek yang bersifat material dan
(2) meskipun beberapa permainan itu tidak konsisten dan kadang-kadang trivial, tetapi yang lainnya tidak demikian (Anglin, 1994).

2.      Intuisionisme

Intuisionisme seperti L.E.J. Brouwer (1882-1966), berpendapat bahwa matematika suatu kreasi akal budi manusia. Bilangan, seperti cerita bohong adalah hanya entitas mental, tidak akan ada apabila tidak ada akal budi manusia memikirkannya. Selanjutnya intuisionis menyatakan bahwa obyek segala sesuatu termasuk  matematika, keberadaannya hanya terdapat pada pikiran kita, sedangkan secara eksternal dianggap tidak ada. Kebenaran pernyataan p tidak diperoleh melalui kaitan dengan obyek realitas, oleh karena itu intusionisme tidak menerima kebenaran logika bahwa yang benar itu p atau bukan p (Anglin, 1994).

Intuisionisme mengaku memberikan suatu dasar untuk kebenaran matematika menurut versinya, dengan menurunkannya (secara mental) dari aksioma-aksioma intuitif tertentu, penggunaan intuitif merupakan metode yang aman dalam pembuktian Pandangan ini berdasarkan pengetahuan yang Eksklusif pada keyakinan yang subyektif. Tetapi kebenaran absolut (yang Diakui diberikan intusionisme) tidak dapat didasarkan pada padangan yang subyektif semata (Ernest, 1991).
Ada berbagai macam keberatan terhadap intusionisme, antara lain;
(1)   intusionisme tidak dapat mempertanggung jawabkan bahwa obyek matematika bebas, jika tidak ada manusia apakah 2 + 2 masih tetap 4;
(2)   matematisi intusionisme adalah manusia timpang yang buruk dengan menolak hukum logika p atau bukan p dan mengingkari ketakhinggaan, bahwa mereka hanya memiliki sedikit pecahan pada matematika masa kini.

Intusionisme, menjawab keberatan tersebut seperti berikut; tidak ada dapat diperbuat untuk manusia untuk mencoba membayangkan suatu dunia tanpa manusia; (2) Lebih baik memiliki sejumlah sejumlah kecil matematika yang kokoh dan ajeg dari pada memiliki sejumlah besar matematika yang kebanyakan omong kosong (Anglin, 1994).

3.      Logisisme
Logisisme memandang bahwa matematika sebagai bagian dari logika. Penganutnya antara lain G. Leibniz, G. Frege (1893), B. Russell (1919), A.N. Whitehead dan R. Carnap(1931). Pengakuan Bertrand Russell menerima logisime adalah yang paling jelas dan dalam rumusan yang sangat ekspilisit. pernyataan penting yang dikemukakannya, yaitu (1) semua konsep matematika secara mutlak dapat disederhanakan pada konsep logika; (2) semua kebenaran matematika dapat dibuktikan dari aksioma dan aturan melalui penarikan kesimpulan secara logika semata (Ernest, 1991).
Menurut Ernest (1991), ada beberapa keberatan terhadap logisisme antara lain:
1. Bahwa pernyataan matematika sebagai impilikasi pernyataan sebelumnya, dengan demikian kebenaran-kebenaran aksioma sebelumnya memerlukan eksplorasi tanpa menyatakan benar atau salah. Hal ini mengarah pada kekeliruan karena tidak semua kebenaran matematika dapat dinyatakan sebagai pernyataan implikasi.
2. Teorema Ketiddaksempurnaan Godel menyatakan bahwa bukti deduktif tidak cukup untuk mendemonstrasikan semua kebenaran matematika. Oleh karena itu reduksi yang sukses mengenai aksioma matematika melalui logika belum cukup untuik menurunkan semua kebenaran matematika.
3. Kepastian dan keajegan logika bergantung kepada asumsi-asumsi yang tidak teruji dan tidak dijustifikasi. Program logisis mengurangi kepastian pengetahuan matematika dan merupakan kegagalan prinsip dari logisisme. Logika tidak menyediakan suatu dasar tertentu untuk pengetahuan matematika.






BAB III
PENUTUP
A.    KESIMPULAN
karakteristik berpikir matematika dibagi menjadi empat karakteristik yaitu fokus kepada himpunan, berpikir bergantung pada tiga variabel, pemahaman denitatif dan berpikir matematika sebagai kekuatan pendorong dibelakang pengatahuan dan keterrampilan.

Berpikir matematika dapat dibagi menjadi tiga kategori yaitu (II) berpikir matematika terkait dengan metode matematika, (III) berpikir matematika terkait dengan Isi matematika. Selain itu, tindakan-tindakan berikut sebagai kekuatan pendorong di belakang kategori tersebut adalah (I) sikap matematika.

Ada tiga aliran dalam matematika yaitu formalism, Intuisionisme, dan logisisme.

B.     SARAN
Dalam kehidupan sehari-hari kita sering menemukan masalah, sebaiknya kita menyelesaikan masalah-masalah tersebut dengan berpikir matematika apabila masalah tersebut bisa ditarik kedalam bentuk matematika.



DAFTAR PUSTAKA

Katagiri, Shigeo. (2004). Mathematical Thinking and How To Teach It. Tokyo: Meijitosyo Publishers (CRICED, University of Tsukuba)
Lipschutz, Seymour. 1981. Set Theory and Related Topics. Singapore: McGraw-Hill International Book Company
Yandianto. (2001) 1981. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Bandung: Penerbit M2S


DOWNLOAD

No comments:

Post a Comment

terima kasih telah berkunjung ke blog saya