MAKALAH
METABOLISME
SEL
A. Pengertian Umum
Metabolisme adalah segala proses reaksi
kimia yang terjadi di dalam makhluk hidup, mulai makhluk hidup bersel satu yang
sangat sederhana seperti bakteri, protozoa, jamur, tumbuhan, hewan; sampai
mkhluk yang susunan tubuhnya kompleks seperti manuasia. Di dalam proses ini,
makhluk hidup mendapat, mengubah dan memakai senyawa kimia dari sekitarnya
untuk mempertahankan hidupnya.
Metabolisme meliputi proses sintesis (anabolisme)
dan proses penguraian (katabolisme) senyawa atau komponen dalam sel
hidup.. Semua reaksi metabolisme dikatalis oleh enzim. Hal lain yang
penting dalam metabolisme adalah peranannya dalam penawaracunan atau
detoksifikasi, yaitu mekanisme reaksi pengubahan zat yang beracun menjadi
senyawa tak beracun yang dapat dikeluarkan dari tubuh.
Anabolisme dibedakan dengan katabolisme
dalam beberapa hal:
·
Anabolisme
merupakan proses sintesis molekul kimia kecil menjadi molekul kimia yang lebih
besar, sedangkan katabolisme merupakan proses penguraian molekul besar menjadi
molekul kecil
·
Anabolisme
merupakan proses membutuhkan energi, sedangkan katabolisme melepaskan energi
·
Anabolisme
merupakan reaksi reduksi, katabolisme merupakan reaksi oksidasi
·
Hasil
akhir anabolisme adalah senyawa pemula untuk proses katabolisme.
B. Fotosintesis
Pada hakekatnya, semua kehidupan di atas
bumi ini tergantung langsung dari adanya proses asimilasi CO2 menjadi
senyawa kimia organik dengan energi yang didapat dari sinar matahari. Dalam
proses ini energi sinar matahari (energi foton) ditangkap dan diubah menjadi
energi kimia dengan proses yang disebut fotosintesis. Proses ini
berlangsung didalam sel pada tumbuhan tinggi, tumbuhan pakis, lumut, ganggang
(ganggang hijau, biru, merah dan coklat) dan berbagai jasad renik (protozoa golongan
euglena, bakteri belerang ungu, dan bakteri belerang biru).
Energi matahari yang ditangkap pada proses
fotosintesis merupakan lebih dari 90% sumber energi yang dipakai oleh manusia
untuk pemanasan, cahaya dan tenaga. Gambar 1 berikut ini menunjukkan sebaran pemakaian energi matahari oleh
bumi dan atmosfer.
30% dipantulkan kembali secara
langsung ke ruangan angkasa
|
|
Sinar matahari
|
|
|
|
|
|
|
|
46% diserap oleh atmosfer dan
diubah menjadi panas
|
|
|
|
|
23% diserap oleh bumi dan
atmosfer dioakai untuk penguapan, angina dan sebagainya. Energi disimpan
dalam bentuk air dan es
|
|
|
|
Kurang dari 1% ditangkap oleh
klirofil yang terdapat dalam tumbuhan hijau daun dan berbagai jasad.
Dipakai dalam proses fotosintesis, dimana energi matahari diubah menjadi
energi kimia
|
|
Keseluruhan proses fotosintesis yang
melibatkan berbagai macam enzim dituliskan dengan persamaan reksi:
Dalam bakteri berfotosintesis
sebagai pengganti H
O dipakai zat pereduksi yang lebih kuat seperti H
, H
S, H
R (R adalh gugus organik ). Persamaan reaksinya adalah :
2 CO
+ 2 H
R
2 CH
O + O
+ 2 R
Proses fotosintesis pada tumbuhan
tinggi dibagi dalam dua tahap. Pada tahap pertama energi matahari ditangkap oleh
pigmen penyerap cahaya dan diubah menjadi bentuk energi kimia, ATP dan senyawa
reduksi, NADPH. Proses ini disebut reaksi terang. Atom hydrogen dari
molekul H
O dipakai untuk mereduksi NADP
menjadi NADPH, dan O
dilepaskan sebagai hasil samping
reaksi fotosintesis. Reaksi ini juga dirangkaikan dengan reaksi endergonik
pembentukan ATP dari ADP + Pi. Dengan demikian tahap reaksi terang dapat
dituliskan dengan persamaan:
H
O + NADP
+ ADP + Pi O
+ H
+ NADPH + ATP
Energi
matahari
Dalam hal ini pembentukan ATP dari
ADP + Pi merupakan suatu mekanisme penyimpanan energi matahari yang diserap
kemudian diubah menjadi bentuk energi kimia. Proses ini disebut fotofosforilasi.
Tahap kedua disebut tahap reaksi gelap. Dalam hal ini senyawa kimia
berenergi tinggi NADPH dan ATP yang dihasilkan dalam tahap pertama (reaksi
gelap) dipakai untuk proses reaksi reduksi CO
menjadi glukosa dengan persamaan:
CO
+ NADPH + H
+ ATP glukosa + NADP
+ ADP + Pi
1. Tahap Reaksi Terang Cahaya
Reaksi terang cahaya dalam proses
pebebasan energi matahari oleh klorofil dimana dilepaskan molekul O
, terdiri dari dua bagian. Bagian pertama disebut fotosistem I
mempunyai kemampuan penyerapan energi matahari dengan panjang gelombang di
sekitar 700nm dan tidak melibatkan proses
pelepasan O,. bagian kedua yang menyangkut penyerapan energi matahari
pada panjang gelombang di sekitar 680 nm, disebut fotosistem II, melibatkan
proses pembentukan O
dan H
O.
Fotosistem I merupakan suatu
partikel yang disusun oleh sekitar 200 molekul klorofil-a, 50 klorofil-b,
50-200 pigmen karotenoid dan satu molekul penerima energi matahari yang disebut
protein P700. Energi matahari (foton) yang ditangkap oleh pigmen
pelengkap dipindahkan melelui beberapa molekul pigmen, disebut proses
perpindahan eksiton, yang akhirnya diterima oleh P700. Akibatnya P700
melepaskan elektron yang berenergi tinggi. Proses penangkapan foton dan
perpindahan eksiton di dalam fotosistem ini berlangsung dengan sangat cepat dan
di pengaruhi oleh suhu. Dengan mekanisme yang sama, proses penangkapan foton
dan pemindahan eksiton terjadi pula pada fotosistem II yaitu pada panjang
gelombang 680.
Partikel fotosistem I dan II terdapat
dalam membrane kantong tilakoid secara terpisah.
2. Pengangkutan Elektron dan
Fotofosforilasi
Fotosistem I dan II merupakan
komponen penyalur energi dalam rantai pengangkutan elektron fotosintesis secara
kontinyu, dari molekul air sebagai donor elektron ke NADP
sebagai aseptor elektron.
Perbedaan
antara pengangkutan elektron dalam fotosintesis dan pengangkutan elektron
pernafasan adalah:
1. Pada yang pertama, elektron mengalir
dari molekol H
O ke NADP
, sedangkan pada yang kedua arah aliran elektron adalah dari NADP
ke H
O
2. Pada yang pertama terdapat dua
system pigmen, fotosistem I dan II yang berperan sebagai pendorong untuk
mengalirkan elektron dengan bantuan energi matahari dari H
O ke NADP
3.
Pada yang pertama dihasilkan O
sedangkan pada yang ke dua memerlukan O

Persamaannya ialah kedua rantai
pengangkutan elektron tersebut menghasilkan energi ATP dan melibatkan sederetan
molekul pembawa elektron.
Pengangkutan elektron dalam fotosintesis
terdiri dari tiga bagian yaitu bagian pendek dari H
O ke fotosistem II, bagian dari
fotosistem II ke fotosistem
I yang dirangkaikan dengan pembentukan ATP
dari ADP + Pi, dan bagian dari fotosistem I ke NADP
yang menghasilkan NADPH seperti pada
gambar 3.
Penyerapan foton oleh molekul pigmen
fotosintesis I menyebabkan tereksitasinya molekul tersebut, menghasilkan
eksiton berenergi tinggi yang kemudian ditangkap oleh molekul P 700. Akibatnya
P 700 melepaskan elektron dan memindahkannya ke molekul penerima elektron
pertama P 430. selanjutnya elektron dialirkan melalui deretan molekul pembawa elektron
sampai ke NADP
menyebabkan tereduksinya NADP
menjadi NADPH. Dalam proses ini diperlukan dua
elektron untuk mereduksi satu molekul NADP
. Lepasnya satu elektron dari P700 mengakibatkan berubahnya molekul ini
menjadi bentuk teroksidasinya, P700
yang kekurangan satu elektron.
Dengan kata lain terjadinya satu lubang elektron pada P700. Untuk mengisi
lubang ini, satu elektron dialirkan melalui sederetan molekul pembawa elektron,
dari molekul P680 dalam fotosistem II. Dalam hal ini pengaliran elektron hanya
terjadi setelah terlebih dulu terjadi penyinaran terhadap fotosistem II, yaitu
tereksitasinya P680 yang segera melepaskan elektron ke molekul penerima
elektron pertamanya, C550. Ini mengakibatkan teroksidasinya bentuk P680
. Kekurangan elektron pada P680
dipenuhi dari reaksi oksidasi oksidasi molekul
H
O menjadi O
. Proses pengangkutan elektron dari H
O ke NADP
yang didorong oleh energi matahari ini disebut
pengangkutan non siklik (tak mendaur dalam elektron fotosintesis). Dalam
hal ini satu molekul H
O melepaskan dua elektron yang diperlukan untuk mereduksi satu molekul NADP
menajdi NADPH, dirangkaikan dengan pembentuka
ATP dari ADP + pi, disebut proses fotofosforilasi.
Energi pada proses
pengangkutan elektron dalam fotosintesis dari H
O ke NADP
. Elektron yang telah tereksitasi di fotosistem II selanjutnya dialirkan ke
fotosistem I melalui molekul penerima elektron; sitokrom 559 (sitokrom b
= cyt. b
), plastoquinon (PQ), sitokrom 553 (sitokrom f = cyt.f), plastosianin(PC)
dan molekul P700di fotosistem I. pengankutan elektron dari PQ ke cyt.f
dirangkaikan dengan pembentukan ATP dari ADP+Pi. Sementara itu elektron yang
telah tereksitasi difotosistem I, dialirkan berturut-turut ke molekul substrat
feredoksin, feredoksin, feredoksin reduktase, dan akhirnya ke NADP
dimana molekul ini tereduksi menjadi
NADPH.
Dalam keadaan tertentu, elektron yang
tereksitasi di fotosistem I tidak dialirkan ke NADP
, tetapi kembali ke P700 melalui molekul penerima elektron lainnya,
sitokrom 564 (cyt.b
) yang selanjutnya melalui cyt. b
dialirkan ke P700 di fotosistem I.
mekanisme pengangkutan elektron ini disebut pengangkutan elektron mendaur
dalam fotosintesis, sedangkan pengangkutan elektron dari H
O ke NADP
melalui fotosistem I dan fotosistem
II, disebut pengangkutan elektron tak mendaur dalam fotosintesis.
3. Tahap Reaksi Gelap Cahaya: Daur Calvin
Dalam
tahap reaksi gelap cahaya ini, energi yang dihasilkan (NADPH dan ATP) dalam
tahap reaksi terang cahaya selanjutnya dipakai dalam reaksi sintesis glukosa
dari CO
, untuk kemudian dipakai dalam reaksi pembentukan senyawa pati, selulosa,
dan polisakarida lainnya sebagai hasil akhir proses fotosintesis dalam
tumbuhan.
Jalur
metabolisme reaksi pembentukan glukosa dari CO
ini merupakan suatu jalur
metabolisme mendaur yang pertama kali diusulkan oleh M.Calvin, disebut daur
Calvin. Dalam tahap reaksi pertamanya 6 molekul CO
dari udara bereaksi dengan 6 molekul
ribulosa 1,5-difosfat, dikatalis oleh enzim ribulosa difosfat karboksilase,
menghasilkan 2 molekul 3-fosfogliserat melalui pembentukan senyawa antara,
2-karboksi 3-ketoribitol 1,5-difosfat.
Pada tahap reaksi kedua,
12 molekul 3-fosfogliserat diubah menjadi 12 molekul gliseral dehida 3-fosfat
melalui pembentukan 1,3-difosfogliserat, dikatalis oleh enzim fosfogliserat
kinase dan gliseraldehidafosfat dehidrogenase, serta menggunakan 12 ATP dan 12
NADPH.
Tahap reaksi ketiga , 12 gliseraldehida 3-P diubah menjadi 3 molekul
fruktosa 6-P dengan melalui pembentukan senyawa dihidroksi aseton fosfat dan
fruktosa 1,6 difosfat.
ringkasan keseluruhan jalur metabolisme daur Calvin. Dalam daur ini yang
sangat menonjol adalah tahap reaksi penambatan CO
, reaksi yang menggunakan energi NADPH dan
ATP dan reaksi yang menghasilkan glukosa
sebagai hasil akhir.
Dalam reaksi penambatan CO2, ternyata dibutuhkan tiga molekul
ATP dan dua molekul NADPH untukm mereduksi satu molekul CO
. Energi matahari yang ditangkap oleh foto
sistem I dan foto sistem II dalam fase terang cahaya diubah menjadi energi
kimia NADPH dan ATP. Kedua macam energi ini kemudian dipakai untuk menjalankan
daur Calvin dengan mendorong tahap reaksi pembentukan gliseraldehida 3-fosfat
dan ribosa 1,5-difosfat serta pelepasan dlukosa dari daur.
C. Metabolisme Karbohidrat
Pada metabolisme karbohidrat pada manusia
dan hewan secara umum, setelah melalui dinding usus halus sebagian besar
monosakarida dibawa oleh aliran darah ke hati. Di dalam hati, monosakarida
mengalami sintesis menghasilkan glikogen, oksidasi menjadi CO
dan H
O atau dilepaskan untuk dibawa dengan
aliran darah kebagian tubuh yang memerlukannya
Sebagian lain monosakarida dibawa langsung
ke sel jaringan organ tertentu dan mengalami proses metabolisme lebih lanjut.
Karena pengaruh berbagai faktor dan hormon insulinyang dihasilkan oleh kelenjar
pankreas, maka hati dapat mengatur kadar glukosa dalam darah. Bila kadar glkosa
dalam darah meningkat sebagai akibat naiknya proses pencernaan dan penyerapan
karbohidrat, sintesis glikogen dari glukosa oleh hati akan naik. Sebaliknya
bila kadar glukosa menurun, misalnya akibat latihan olahraga, glikogern
diuraikan menjadi glukosa yang selanjutnya
mengalami proses katabolisme menghasilkan energi (dalam bentuk energi kimia,
ATP) yang dibutuhkan oleh kegiatan olahraga tersebut
Kadar glukosa dalam
darah merupakan faktor yang sangat penting untuk kelancaran kerja tubuh. Kadar
normal glukosa dalam darah adalah 70-90 mg/100 ml. Keadaan dimana kadar glukosa
berada di bawah 70mg/100ml disebut hipoglisemia, sedangkan diatas
90mg/100ml disebut hiperglisemia. Hipoglisemia yang ekstrem dapat
menghasilkan suatu rentetan reaksi goncangan yang ditunjukkan oleh gejala
gemetarnya otot, perasaan lemah badan dan pucatnya warna kulit. Hipoglisemia
yang serius dapat menyebabkan kehilangan kesadaran sebagai akibat kekurangan
glukosa dalam otak yang diperlukan untuk pembentukan energi, sehingga pada
akhirnya dapat menyebabkan kematian.
Kadar glukosa yang tinggi merangsang
pembentukan glikogen dari glukosa, sintesis asam lemak dan kolesterol dari
glukosa. Kadar glukosa antara 140 dan 170 mg/100 ml disebut kadar ambang
ginjal, karena pada kadar ini glukosa diekskresi dalam kemih melalui
ginjal. Gejala ini disebut glukosuria yaitu keadaan ketidakmampuan ginjal untuk
menyerap kembali glukosa yang telah mengalami filtrasi melalui sel tubuh.
Kadar glukosa dalam darah diatur oleh
beberapa hormon. Insulin dihasilkan oleh
kelenjar pankreas menurunkan kadar glukosa dengan menaikkan pembentukan
glikogen dari glukosa. Adrenalin (epineprin) yang juga dihasilkan oleh
pankreas, dan glukagon berperan dalam menaikkan kadar glukosa dalam darah.
Semua faktor ini bekerjasama secara terkoordinasi mempertahankan kadar glukosa tetap
normal untuk menunjang berlangsungnya proses metabolisme secara optimum.
1. Biosintesis dan Perombakan Glikogen
Glukosa 6-fosfat dan glukosa 1-fosfat
merupakan senyawa antara dalam proses glikogenesis atau pembentukan
glikogen dari glukosa. Proses kebalikannya, penguraian glikogen menjadi glukosa
yang disebut glikogenolisis juga melibatkan terjadinya kedua senyawa
antara tersebut tetapi dengan jalur yang berbeda seperti digambarkan pada
Gambar 6. Senyawa antara UDP-glukosa
(Glukosa Uridin Difosfat) terjadi pada jalur pembentukan tetapi tidak pada
jalur penguraian glikogen. Demikian pula enzim yang berperan dalam kedua jalur
tersebut juga berbeda.
Jalan reaksi glikogenesis dan glikogenolisis.
UTP = Uridin Tripospat, ADP = Adenosin Dipospat, (P) = gugus pospat anorganik.
UDP-glukosa = Uridin dipospat glukosa. Enzim: E
= fosforilase, E
= fosfoglukomutase, E
= fosfatase, E
= glukokinase, E
= pirofosforilase, E
= glikogen sintetase. PPi = asam
piropospat.
2. Glikogenesis
Gugus fosfat dan energi yang diperlukan
dalam reaksi pembentukan glukosa 6-fosfat dsari glukosa diberikan oleh ATP yang
berperan sebagai senyawa kimia berenergi tinggi. Sedang enzim yang
mengkatalisnya adalah glukokinase. Selanjutnya, dengan fosfoglukomutase,
glukosa 6-fosfat mengalami reaksi isomerasi menjadi glukosa 1-fosfat.
.
Glukosa 1-fosfat bereaksi dengan uridin
tri fosfat (UTP) dikatalis oleh glukosa 1-fosfat uridil transferase
menghasilkan uridin difosfat glukosa (UDP-glukosa)dan pirofosfat (PPi).
Mekanisme reaksi glikogenesis juga
merupakan jalur metabolisme umum untuk biosintesis disakarida dan polisakarida.
Dalam berbagai tumbuhan seperti tanaman tebu, disakarida sukrosa dihasilkan
dari glukosa dan fruktosa melalui mekanisme biosintesis tersebut. Dalam hal ini
UDP-glukosa abereaksi dengan fruktosa 6-fosfat, dikatalis oleh sukrosa fosfat
sintase, membentuk sukrosa 6-fosfat yang kemudian dengan enzim sukrosa
fosfatase dihidrolisis menjadi sukrosa.
3. Glikogenolisis
Tahap pertama penguraian glikogen adalah
pembentukan glukosa 1-fosfat. Berbeda dengan reaksi pembentukan glikogen,
reaksi ini tidak melibatkan UDP-glukosa, dan enzimnya adalah glikogen fosforilase.
Selanjutnya glukosa 1-fosfat diubah menjadi glukosa 6-fosfat oleh enzim yang
sama seperti pada reaksi kebalikannya (glikogenesis) yaitu fosfoglukomutase.
Tahap reaksi berikutnya adalah pembentukan
glukosa dari glukosa 6-fosfat. Berbeda dengan reaksi kebalikannya dengan
glukokinase, dalam reaksi ini enzim lain, glukosa 6-fosfatase, melepaskan gugus
fosfat sehigga terbentuk glukosa. Reaksi ini tidak menghasilkan ATP dari ADP
dan fosfat.
Glukosa 6-fosfat
glukosa + asam fosfat
4. Glikololisis:
Proses penguraian karbohidrat menjadi
piruvat. Juga disebut jalur metabolisme Emden-Meyergoff dan sering
diartikan pula sebagai penguraian glukosa menjadi piruvat. Proses ini terjadi
dalam sitoplasma. Glikolisis anaerob: proses penguraian
karbohidrat menjadi laktat melalui piruvat tanpa melibatkan oksigen.
Proses
penguraian glukosa menjadi CO
dan air seperti juga semua proses oksidasi.
Energi yang dihasilkan dari proses penguraian glukosa ini adalah 690
kilo-kalori (kkal).
glukosa + 6 O
6 CO
+ 6 H
O + 690 kkal
Jumlah
energi ini sebenarnya jauh lebih besar daripada jumlah energi yang dapat
disimpan secara sangkil dalam bentuk energi kimia ATP yang dihasilkan dalam
proses penguraian tersebut.
Dengan adanya oksigen (dalam suasana
aerob), glikolisis menghasilkan piruvat, atau tanpa oksigen (glikolisis
anaerob) menghasilkan laktat. Glikolisis menghasilkan dua senyawa karbohidrat
beratom tiga dari satu senyawa beratom enam; pada proses ini terjadi sintesis
ATP dari ADP + Pi. Gambar 13
me-nunjukkan proses glikolisis secara keselurhan.
Seperti halnya reaksi dengan glukokinase
(reaksi tahap pertama) dan fosfofruktokinase (reaksi tahap ketiga), reaksi
dengan piruvat kinase ini juga merupakan reaksi yang tidak reversibel, sehingga
merupakan salah satu tahap reaksi pendorong glikolisis.
Reaksi kebalikannya yang merupakan reaksi
tahap pertama glukoneogenesis merupakan suatu reaksi yang kompleksyang
melibatkan beberapa enzim dan organel sel yaitu mitokondrion, yang
diperlukan untuk terlebih dahulu mengubah piruvat menjadi malat sebelum
terbentuknya fosfoenol piruvat. Pada jalan metabolisme in, piruvat diangkut
kedalam mitokondria dengan cara pengangkutan aktif melalui membran
mitokondrion. Selanjutnya piruvat bereaksi dengan CO
menghasilkan asam oksalasetat. Reaksi ini
dikatalis oleh piruvat karboksilase (enzim yang terdapat pada mitokondria
tetapi tidak terdapat pada sitoplasma), dan memerlukan koenzim biotin dan
kofaktor ion maggan, serta ATP sebagai sumber energi. Dalam mekanisme
reaksinya, biotin (sebagai gugus biotinil) yang terikat pada gugus lisina dari
piruvat karboksilase, menarik CO
atau HCO
dalam mitokondrion kemudian mengkondensasikan
dengan asam piruvat ( dengan bantuan ATP dan Mn
) menghasilkan asam oksalasetat. Asam
oksalasetat kemudian direduksi menjadi asam malat oleh NADH dan dikatalis malat
dehidrogenase. Asam malat diangkut keluar mitokondria dengan cara pengangkutan
aktif melalui membran mitokondrion yang kemudian dioksidasi kembali menjadi
asam oksalasetat oleh NAD
dan malat dehidrogenase yang terdapat dalam sitoplasma. Akhirnya
oksalasetat dikarboksilasi dengan CO
dan difosforilasi dengan gugus fosfat dari GTP
(guanosin trifosfat, sebagai sumber energi yang khas disamping ATP) dan
dikatalis oleh fosfoenolpiruvat karboksikinase menghasilkan fosfoenolpiruvat.
Dengan demikian untuk mengubah satu molekul piruvat menjadi fosfoenolpiruvat
diperlukan energi sebanyak satu ATP plus satu GTP dan melibatkan paling sedikit
empat macam enzim. Dibandingkan dengan reaksi kebalikannya, yaitu perubahan sat
molekul fosfoenol piruvat menjadi piruvat, dihasilkan satu ATP dan melibatkan
satu macam enzim saja.
Dilihat dari keseluruhan, glikolisis
terbagi menjadi dua bagian. Bagian pertama meliputi tahap reaksi enzim yang
memerlukan ATP, yaitu tahap reaksi dari glukosa sampai dengan pembentukan
fruktosa 6-fosfat., yang menggunaka dua molekul ATP tiap satu molekul glukosa
yang dioksidasi. Bagian kedua meliputi tahap reaksi yang menghasilkan energi
(ATP dan NADH) yaitu dari gliseraldehide 3-fosfat sampai dengan piruvat. Dari
bagian kedua ini dihasilkan dua molekul NADH dan empat molekul ATP untuk tiap
molekul glukosa yang dioksidasi (atau untuk dua molekul gliseraldehid 3-fosfat
yang dioksidasi). Karena satu molekul NADH yang masuk rantai pengangkutan
elektron dapat menghasilkan tiga molekul ATP, maka tahap reaksi bagian kedua
ini menghasilkan 10 molekul ATP. Dengan demikian, keseluruhan proses glikolisis
menghasilkan 10-2 = 8 molekul ATP untuk tiap molekul glukosa yang dioksidasi.
Sebaliknya, untuk
mensintesis satu molekul glukosa dari dua molekul piruvat dalam proses
glukoneogenesis diperlukan
energi dari 4 molekul ATP, 2 GTP (sebanding dengan 2 ATP) dan 2 NADH (= 6 ATP)
atau sebanding dengan 12 molekul ATP.
5. Glikolisis Anaerob
Dalam keadaan tanpa oksigen respirasi
terhenti karena proses pengangkutan elektron yang dirangkaikan dengan
fosforilasi bersifat oksidasi melalui rantai pernafasan yang menggunakan
molekul oksigen sebagai penerima elektron terakhir, tidak berjalan. Akibatnya
jalan metabolisme lingkar asam trikarboksilat (daur Krebs) akan terhenti pula
sehingga piruvat tidak lagi masuk kedalam daur Krebs melainkan dialihkan
pemakaiannya yaitu diubah menjadi asam laktat oleh laktat dehidrogenase dengan
NADH sebagai sumber energinya.
Dalam hal ini, dua molekul NADH yang
dihasilkan oleh reaksi tahap kelima dalam glikolisis (reaksi dengan
gliseraldehida 3-fosfat dehodrogenase) tidak dipakai untuk membentuk ATP
melainkan digunakan untuk reaksi reduksi 2 molekulasam piruvat menjadi asam
laktat. Jadi paad glikolisis anaerob energi yang dihasilkannya hanya 2 molekul
ATP saja (Gambar 17). Jumlah ini jauh lebih kecil jika dibandingkan dengan
energi yang dihasilkan oleh glikolisis aerob yaitu 8 ATP.
6.
Fermentasi Alkohol
Dalam
beberapa jasad renik seperti ragi, glukosa dioksidasi menghasilkan etanol dan
CO
dalam proses yang disebut fermentasi
alkohol. Jalur metabolisme proses ini sama dengan glikolisis sampai dengan terbentuknya
piruvat. Dua tahap reaksi enzim berikutnya adalah reaksi perubahan asam piruvat
menjadi asetaldehida, dan reaksi reduksi asetaldehida menjadi alkohol. Dalam
reaksi yang pertama piruvat
didekarboksilasi diubah menjadi asetaldehida dan CO
oleh piruvat dekarboksilase, suatu enzim yang
tidak terdapat pada hewan.
Reaksi dekarboksilase ini merupakan reaksi
yang tak reversibel, membutuhkan ion Mg
dan koenzim tiamin pirofosfat. Reaksi
berlangsung melalui beberapa senyawa antara yang teriakt secara kovalen pada
koenzim.
Dalam reaksi yang terakhir dibawah ini,
asetaldehid direduksi oleh NADH dengan enzim alkohol dehodrogenase,
menghasilkan etanol. Dengan demikian etanol dan CO
merupakan hasil akhir fermentasi alkohol dan
jumlah energi yang dihasilkannya sama dengan glikolisis anaerob. Yaitu 2 ATP.
7. Perubahan Piruvat Menjadi Asetilkoezim
– A
Reaksi
oksidasi piruvat hasil glikolisis menjadi asetil koenzim-A, merupakan tahap
reaksi penghubung yang penting antara glikolisis dengan jalur metabolisme
lingkar asam trikarboksilat (daur Krebs). Reaksi yang diaktalisis oleh kompleks
piruvat dehidrogenase dalam matriks mitokondria melibatkan tiga macam enzim
(piruvat dehidrogenase, dihidrolipoil transasetilase, dan dihidrolipoil
dehidrogenase), lima macam koenzim (tiaminpirofosfat, asam lipoat, koenzim-A,
flavin adenin dinukleotida, dan nikotinamid adenin dinukleotida) dan
berlangsung dalam lima tahap reaksi. Keseluruhan reaksi dekarboksilasi ini
irreversibel, dengan ∆ G
= - 80 kkal per mol.
Piruvat + NAD
+ koenzim A asetil ko-A + NADh
+ CO
Reaksi
ini merupakan jalan masuk utama karbohidrat kedalam daur Krebs. Tahap reaksi
pertama dikatalis oleh piruvat dehidrogenase yang menggunakan tiamin pirofosfat
sebagai koenzimnya. Dekarboksilasi piruvat menghasilkan senyawa α-hidroksietil
yang terkait pada gugus cincin tiazol dari tiamin pirofosfat. Pada tahap reaksi
kedua α-hidroksietil didehidrogenase menjadi asetil yang kemudian dipindahkan
dari tiamin pirofosfat ke atom S dari koenzim yang berikutnya, yaitu asam
lipoat, yang terikat pada enzim dihidrolipoil transasetilase. Dalam hal ini
gugus disulfida dari asam lipoat diubah menjadi bentuk reduksinya, gugus
sulfhidril. Pada tahap reaksi ketiga, gugus asetil dipindahkan dengan perantara
enzim dari gugus lipoil pada asam dihidrolipoat, kegugus tiol (sulfhidril pada
koenzim-A). Kemudian asetil ko-A dibebaskan dari sistem enzim kompleks piruvat
dehidrogenase. Pada tahap reaksi keempat gugus tiol pada gugus lipoil yang
terikat pada dihidrolipoil transasetilase dioksidasi kembali menjadi bentuk
disulfidanya dengan enzim dihidrolipoil dehidrogenase yang berikatan dengan FAD
(flavin adenin dinukleotida). Akhirnya (tahap reaksi kelima) FADH
(bentuk reduksi dari
FAD) yang tetap terikat pada enzim, dioksidasi kembali oleh NAD
(nikotinamid adenin
dinukleotida) manjadi FAD, sedangkan NAD
berubah menjadi NADH
(bentuk reduksi dari NAD
).
8. Pengaturan Dekarboksilasi Piruvat
Telah
diketahui bahwa di samping mengandung tiga macam enzim tersebut di ats,
kompleks enzim piruvat dehidrogenase juga mempunyai dua macam enzim yang
terdapat dalam sub unit pengaturnya, yaitu piruvat dehidrogenase kinase dan
piruvat dehidrogenase fosfatase. Kedua enzim ini berperan dalam mengatur laju
reaksi dekarboksilasi piruvat dengan cara mengendalikan kegiatan subunit
katalitiknya pada kompleks enzim piruvat dehidrogenase itu sendiri.
Bila
jumlah ATP yang dihasilkan oleh daur krebas dan fosforilasi bersifat oksidasi
terlalu banyak, keseimbangan reaksi akan berjalan kebawah (laju reaksi
fosforilasi sub unit katalitik kompleks piruvat dehidrogenase bertambah besar)
sehingga kegiatan kompleks piruvat dehidrogenase terhambat dan menjadi tidak
aktif. Hal ini menyebabkan terhentinya reaksi pembentukan asetil ko-A dari
piruvat. Akibatnya, jumlah asetil ko-A yang diperlukan untuk daur Krebs akan
berkurang sehingga laju reaksi daur Krebs terhambat dan produksi ATP terhenti.
Sebaliknya jika jumlah ADP banyak (ATP sedikit), keseimbangan reaaksi didorang
ke atas (laju reaksi defosforilasi kompleks piruvat dehidrogenase bertambah
besar) sehingga kegiatan kompleks piruvat dehidrogenase bertambah. Akibatnya,
reaksi dekarboksilasi piruvat menjadi asetil ko-A naik, sehingga laju reaksi
daur Krebs bertambah besar dan produksi ATP bertambah banyak.
10. Jalur Metabolisme Daur Asam
Trikarboksilat
Jalur
metabolisme daur asam trikarboksilat (asam sitrat) pertama diketemukan oleh Krebs
(1937). Oleh karena itu, jalur ini disebut pula daur Krebs. Jalur daur ini
merupakan ajlur metabolisme yang utama dari berbagai senyawa hasil metabolisme,
yaitu hasil katabolisme karbohidrat, lemak, dan protein.
Asetil ko-A (sebagai hasil katabolisme lemak dan
karbohidrat), oksalasetat, fumarat, dan α-ketoglutarat (sebagaihasil
katabolismeasam amino dan protein), masuk kedalam daur Krebs untuk selanjutnya
dioksidasi melalui beberapa tahap reaksi yang kompleks menjadi CO
, H
Odan energi ATP. Kegiatan daur asam tri karboksilat terdapat dalam
sel hewan, tumbuhan, dan jasad renik yang aerob dan merupakan metabolisme
penghasil energi yang utama. Jasad yang anaerob tidak menggunakan metabolisme
daur ini sebagai penghasil energinya.
Daur Krebs merupakan bagian rangkaian
proses pernafasan yang panjang dan kompleks, yaitu oksidasi glukosa menjadi CO
dan H
O serta produksi ATP. Proses pernafasan terdiri dari 4 tahap
utama: 1) glikolisis (oksidasi glukosa menjadi piruvat), 2) konversi piruvat ke
asetil ko-A, 3) daur Krebs dan 4) proses pengangkutan elektron melalui rantai
pernafasan yang dirangkaikan degan sintesis ATP dari ADP = Pi melalui proses
fosforilasi bersifat oksidasi.
Didalam sel eukariota, metabolisme asam
trikarboksilat berlangsung didalam mitokondrion. Sebagian enzim dalam
metabolisme ini terdapat di dalam cairan matriks dan sebagian lagi terikat pada
bagian dalam membran mitokondrion.
11. Energi yang
Dihasilkan oleh Glikolisis dan DAur Asam Trikarboksilat
Dari pembahasan tentang daur asam
trikarboksilat sebelumnya, ternyata terdapat dua tahap reaksi yang
masing-masing menghasilkan satu molekul CO
; tiga reaksi menghasilkan NADH; satu reaksi menghasilkan
GTP; satu reaksi menghasilkan FADH
.
Satu molekul GTP dapat menghasilkan satu
molekul ATP. Dalam proses pengangkutan elektron melalui rantai pernafasan yang
dikaitkan dengan fosforilasi bersifat oksidasi, satu molekul NADH dan satu FADH
masing-masing
menghasilkan 3 dan 2 molekul ATP. Dengan demikian oksidasi satu molekul asetil
ko-A dalam daur Krebs menghasilkan (3 x 3 + 2 x 1 + 1) ATP = 12 ATP.
Bila
proses oksidasi itu dimulai dari piruvat, jumlah molekul ATP yang dihasilkan
adalah 12 + 3 = 15untuk setiap molekul piruvat (pembentukan satu molekul asetil
ko-A dari satu molekul piruvat menghasilkan satu molekul NADH).
Oksidasi
satu molekul glukosa melalui glikolisis menjadi dua molekul piruvat,
menghasilak 8 ATP. Dengan demikian oksidasi sempurna satu molekul glukosa
menjadi CO
+ H
O menghasilkan 2 x 15 + 8 = 38 ATP..
D.
Metabolisme Protein
Nama protein pertama kali diusulkan oleh
ahli kimia Swedia, Berzelius. Protein berasal dari bahasa Yunani,
protios, yang berarti bahan penyokong yang pertama.
Protein
merupakan komponen utama dalam semua sel hidup. Fungsi utamanya sebagai unsur
pembentuk styruktur sel, misalnya dalam rambut, wol, kolagen, jaringan
penghubung, membran sel dan lain-lain. Selain itu dapat pula berfungsi sebagai
protein yang aktif seperti enzim yang berperan sebagai katalisator segala
proses biokimia dalam sel. Protein aktif selain enzim yaitu hormon, hemoglobin,
protein yang terikat pada gen, toksin, anti bodi atau anti gen dan lain-lain.
Protein adalah rangkaian atau polimer dari
sejumlah asam amino. Asam amino adalah molekul organik kecil yang pada umumnya
terbuat dari karbon, hidrogen, oksigen, dan nitrogen. Protein dibuat dari suatu
pool yang terdiri dari 20 asam amino yang berbeda. Ratusan atau ribuan asam
amino dirangkai dengan suatu urutan tertentu untuk membentuk rantai asam amino.
Fungsi protein dimungkinkan karena
struktur tiga dimensinya yang unik. Dengan strukturnya yang unik suatu molekul
protein dapat melakukan interaksi dengan molekul lainnya sehinnga dapat
berfungsi sebagai molekul pengatur dalam suatu ekspresi gen atau transmisi
genetik menjadi fenotipik. Jadi, suatu protein sangat tergantung pada
kemampuannya untuk mengikat atau berpasangan dengan molekul lainnya untuk
menjalankan fungsinya. Kemampuan tersebut ditentukan oleh struktur tiga
dimensinya.
Bila asam amino dirakit menjadi suatu
rantai protein, rantai tersebut segera melipat membentuk suatu struktur yang
secara energetik paling relaks atau yang bentuknya paling stabil. Bentuk yang
secara energetik paling stabil ditentukan oleh interaksi tiap-tiap asam amino
yang membentuk protein tersebut. Oleh karena itu, jenis asam amino dan
urutannya dalam rantai protein akan menentukan struktur tiga dimensi molekul
protein yang terbentuk. Urutan asam amino dalam suatu rantai protein sangat
penting menentukan fungsi protein tersebut. Dengan 20 macam asam amino yang
berbeda, diperoleh jumlah dan urutan yang berbeda-beda sehingga dihasilkan
protein-protein unik yang hampir tidak terbatas jumlahnya. Keragamn ini sangat
menguntungkan mengingat berbagai ragam fungsi yang dilakukan oleh protein.
Semua organisme merupakan kumpulan dari
sejumlah protein dan segala aktivitasnya. Fungsi protein tergantung pada
struktur tiga dimensinya, yang pada gilirannya ditentukan oleh sekuen asam
amino penyusun protein tersebut. Jadi, DNA menentukan karakteristik suatu
organisme karena DNA menentukan sekuen asam amino dari semua protein pada suatu
organisme.
DNA mengandung sandi genetik untuk tiap
asam amino yang ditampilkan masing-masing dari sekuen tiga pasang basa. Ketiga
basa (triplet) ini disebut kodon. Urutan kodon pada suatu sekuen DNA
mencerminkan urutan asam amino yang akan dirakit menjadi suatu rantai protein.
Satu bagian sekuen DNA lengkap yang mampu menentukan sekuen asam amino suatu
protein atau molekul r RNA dan tRNA disebut gen, yaitu satuan hereditas yang
didefinisikan oleh para ahli genetika klasik. Semua gen dan sekuen DNA yang
dimiliki oleh suatu organisme disebut genom.
1. Sintesis Protein
Proses sintesis protein dari sandi genetik
melibatkan beberapa langkah. DNA pada dasarnya adalah penyimpan informasi yang
pasif, mirip denga cetak biru (blue print) untuk denah rumah. Aktivitas
pembuatan protein terjadi pada suatu situs khusus dalam sel yang disebut
ribosom. Oleh karena itu, langkah pertama dalam sintesis protein adalah
menyampaikan informasi dari DNA ke ribossom. Untuk melakukan hal ini enzim-enzim
seluler membuat salinan kopi gen sehinnga dapat dibaca oleh ribosom. Salinan
kopi gen ini disebut RNA duta (messennger RNA = mRNA). mRNA membawa
sandi genetik yang dipakai langsung untuk sintesis protein di ribosom. Tahap
ini disebut dengan tahp transkripsi. Dalam tahap berikutnya kodon pada
mRNA harus dapt dikorelasi dengan asam amino yang seharusnya. Tahapan ini
dilakukan molekul RNA lain, yaitu RNA transfer, (transfer RNA = tRNA)
yang dikenal dengan tahap translasi.
Akhirnya asam amino harus disambungkan untuk membentuk rantai protein
fungsional (tahap sintesis). Ribosom yang terdiri dari RNA dan protein,
melakukan fungsi tersebut. Bila rantai protein sudah lengkap, suatu tanda
berhenti (stop sign) mempengaruhi ribosom sehingga ribosom melepas protein
baru tersebut ke dalam sel.
- Transkripsi.
Transkripsi adalah sintesis
RNA secara enzimatik dengan menggunakan DAN sebagai cetakan. Untuk transkripsi
suatu gen, hanya salah satu rantai DNA yang digunakan sebagai cetakan atau
templat. Transkripsi dikatalis oleh enzim RNA polimerase. Sintesis RNA selalu
bergerak ke satu arah, yaitu dari ujung 5’ ke ujung 3’ dari molekul RNA.
Untuk menginisiasi transkripsi, RNA
polimerase berikatan pada suatu daerah di DNA yang disebut promoter. Promoter
terletak disebelah hulu (ke arah5’) dari gen. Perbedaan urutan nukleotida dari
promoter berbagai gen menyebabkan perbedaan tingkat efisiensi dan regulasi dari
inisiasi transkripsi gen-gen tersebut.
Setelah RNA polimerase terikat pada
promoter DNA, kedua rantai DNA dipisahkan dan RNA polimerase memulai sintesis
RNA di tempat inisiasi. Tempat ini disebut sebagai posisi +1. RNA polimerase
menambahkan ribonukleotida ke ujung 3’dari rantai RNA yang sedang disintesis.
Hal ini dilakukan dengan bergerak dari ujung 3’ ke arah 5’ dari rantai DNA
cetakan., sambil memisahkan bagian rantai ganda DNA yang dilaluinya. Dengan
demikian ribonukleotida dapat berpasangan dengan DNA cetakan dan ditambahkan
pada ujung 3’ RNA dengan pembentukan ikatan fosfodiester. Heliks ganda akan
terbentuk kembali setelah RNA polimerase lewat.
b.Translasi.
Translasi merupakan proses sintesis
protein di dalam sel. Sebelum sintesis protein dimulaio, setiap jenis tRNA
berikatan dengan asam amino spesifik. Reaksi ini dikatalis oleh enzim aminoasil
tRNA sintetase bersama dengan ATP, sehingga terbentuk aminoasil tRNA. Pada tRNA
terdapat antikodon yang akan berpasangan dengan kodon yang terdapat pada mRNA.
Setiap macam aminoasil tRNA sintetase akan menggabungkan asam amino tertentu
pada tRNA yang spesifik. Pada tRNA inisiator, tRNA terikat pada asam amino
metionin yang termodifikasi, yaitu N-formilinetionin. Proses sintesis protein
terdiri dari tiga tahap yaitu:
- Inisiasi : proses penempatan ribosom
pada suatu molekul mRNA
- Elongasi : proses penambahan asam amino
- Terminasi : proses pelepasan protein yang
baru disintesis
Pada sintesis protein sel prokariot,
prosaes inisiasi memerlukan sub unit kecil (30S) dan sub unit besar (50S)
ribosom, mRNA, tiga faktor inisiasi (IF
, IF
dan IF
) dan GTP. IF
dan IF
mula-mula terikat pada
sub unit kecil ribosom, kemudian IF
dan GTP bergabung.
Kompleks sub unit kecil ini terikat pada mRNA di tempat pengikatan ribosom yang
terletak 8 – 13 nukleotida sebelum hulu kodon inisiasi Aug kemudian bergerak
sepanjang mRNA ke arah hilir sampai menemukan kodon inisiasi. Setelah
pengikatan sub unit kecil ribosom pada kodon inisiasi, tRNA inisiator dapat
terikat pada kodon inisiasi dan melepaaskan IF
sehingga terbentuk
kompleks inisiasi 30S, melepaskan IF
, IF
, GDP dan fosfat sehingga terbentuk inisiasi 70S.
Proses elongasi melibatkan tiga faktor
elongasi (EF – Tu, EF – Ts, EF – G0, GTR, aminoasil tRNA dan kompleks inisiasi
70 S. Proses elongasi terdiri dari tiga tahap:
- Aminoasil
tRNA membentuk kompleks denagn EF-Tu dan GTP, terikat pada “A-site” di
ribosom dengan melepaskan EF-Tu – GDP. EF-Tu – GTP dapat berubah lagi
menjadi EF-Tu – GTP dengan bantuan EF-Ts dan GTP.
- Enzim
transferase peptidil yang terdapat pada ribosom membenyuk ikatan peptida
antara dua asam amino yang berdampingan.
- Enzim
translokase (EF-G) dengan energi GTP menggerakkan ribosom sejauh satu
kodon sepanjang mRNA sehingga tRNA pada “P-site” lepas dan tRNA pada
“A-site” pindah ke “P-site”.
Proses elongasi rantai peptida berjalan terus
sampai ribosom mencapai suatu kodon stop.
Proses
terminasi melibatkan tiga faktor pelepas (“release faktor”, RF
, RF
dan RF
). RF
atau RF
dapat mengenal kodon
stop dan denagn bantuan RF
menyebabkan
trasnsferase peptidil melepaskan rantai polipeptida dari tRNA. Faktor-faktor
pelepas membantu pelepasan kedua sub unit ribosom dari mRNA.
2. Ciri-ciri Molekul Protein
Beberapa ciri utama molekul protein yaitu:
·
berat
molekulnya besar, yang merupakan suatu makromolekul
·
umumnya
terdiri dari 20 macam asam amino, yang membentuk suatu rantai polipeptida yang
berikatan satu dengan yang lain. Ikatan peptida merupakan ikatan antara α-karboksil dari asam amino yang satu dengan gugus α-amino dari asam amino yang lainnya.
·
terdapatnya
ikatan kimia yang lain yang menyebabkan terbentuknya lengkungan-lengkungan
rantai polipeptida menjadi struktur tiga dimensi protein. Sebagai contoh misalnya ikatan hidrogen dan ikatan
hidrofob.
·
strukturnya
tidak stabil terhadap beberapa faktor seperti pH, radiasi, temperatur, dan
sebagainya
·
umumnya
reaktif dan sangat spesifik, yang disebabkan terdapatnya gugus samping yang
reaktif dan susunan khas struktur makromolekulnya.. bberapa gugus samping yang
biasa terdapat diantaranya gugus kation, anion, hidroksil aromati, hdroksil
alifatik, amin, amida, tiol, dan gugus heterosiklik
3. Klasifikasi Asam Amino
Berdasarkan sifat kekutuban (polarity)
gugus R, asam amino dibagi menjadi 4 golongan yaitu:
1. asam amino dengan gugus R yang tak
mengutub. Golongan ini terdiri dari 5 asam amino yang mengandung gugus R
alifatik (alanin, lesin, isolesin, valin, dan prolin), 2 dengan R aromatik
(fenilalanin dan triptofan), dan 1 mengandung atom sulfur (metionin).
2. asam amino dengan gugus R mengutub
tak bermuatan. Lebih mudah larut dalam air karena gugus R mengutub dapat
membentuk ikatan hidrogen dengan molekul air. Kekutuban serin, treonin, dan
tirosin disebabkan oleh gugus hdroksil, asparagin dan glutamin oleh gugus
amida, dan sistein oleh gugus sulfhidril (-SH).
3. asam amino dengn gugus R bermuatan
negatif (asam amino asam). Golongan ini bermuatan negatif pada pH 6,0-7,0 dan
terdiri dari asam aspartat dan asam glutamat yang masing-masing mempunyai dua
gugus karboksil.
4. asam amino dengan gugus r bermuatan
positif (asam amino basa). Golongan asam amino ini bermuatan positif pada pH
7,0 yang terdiri dari lisin, arginin yang mengandung gugus basa lemah.
4. Sifat Asam Basa Asam Amino
Di dalam larutan netral asam amino
selalu ada dalam bentuk ion berkutub (zwtterion) yang dapat ditunjukkan
dengan konstanta elektrik dan momen dwikutub yang tinggi karena adanya
pemisahan muatan positif dan negatif dalam bentuk ion berdwikutub.
Semua asam amino yang didapat
barasal dari hidrolisis protein kecuali glisin, memiliki sifat aktif optik
yaitu dapat memutar bidang polarisasi cahaya bila diperiksa dengan polarimeter.
Reaksi khas asam amino disebabkan oleh adanya gugus α-karboksil, α-amino dan gugus yang terdapat pada
rantai samping (R).
5. Struktur dan Sifat Peptida
Peptida mengandung 2,4 atau 4 asam
amino, sehingga dapat disebut dipeptida, tripeptida, dst. Peptida didapatkan
dari hidrolisis rantai panjang protein.
Peptida mempunyai pH isoelektrik. Reaksi kimia peptida disebabkan oleh
adanya gugus ujung NH2 dan –COOH, dan gugus R yang dapat berionisasi.
Penamaan peptida didasarkan pada
komponen asam aminonya. Urutan dimulai dar rantai N-ujung. Uji peptida ini dapat dilakukan dengan uji
buret, yaitu reaksi yang terjadi antara peptida atau protein dengan CuSO4
dan alkali,yang menghasilkan warna ungu.
Pemisahan atau analisis peptisa biasa dikerjakan dengan kromatografi
penukar –ion atau elekrtroforesis kertas.
6. Analisis Asam Amino pada Peptida
Penentuan urutan asam amino dapat
dlakukan dengan cara Hidrolisis sempurna. Hidrolisis dengan HCl 6N pada suhu
100 -120 celcius selama 10 - 24 jam memeberikan hasil terbaik, kecuali pada
triptopan yang mengalami kerusakan pada suasana asam kuat, juga gugus amida
pada glutamin dan asparagin akan pecah menghasilkan asam glutamat, asam
aspartat, dan ion amoninum.
Banyaknya amonia pada hidrolisat
dapat ditentukan untuk mengetahui kadar amida yang terdapat pada protein. Hidrolisis dengan alkali menyebabkan
kerusakan pada sistein, sistin, serin dan treonin.
Penentuan urutan asam amino dalam Polipeptida
didasarkan pada cara sanger untuk penentuan urutan asam amino dalam
protein insulin yang bebas dari kontaminasi.
Cara bertingkat yang dilakukan sebagai
berikut:
1. penentuan asam amino C-ujung dan
asam amino N-ujung.
2. pemutusan rantai plipeptida menjadi
fragmen peptida dengan rantai yang lebih pendek
dengan enzim tripsin fragmen peptida. Kemudian fragmen tersebut
dipisahkan satu dari yang lain dengan cara elektroforesis atau kromatografi. Tiap fragmen peptida dihidrolisis sempurna
dan asam amino ditentukan.
3. asam amino C-ujung dan asam amino N-ujung
tiap fragmen peptida yang didapat dari no 2 ditentukan, sehingga urutan asam
amino tiap fragmen peptida (dipeptida atau tripeptida) dapat ditentukan.
4. fragmen peptida yang lebih panjang dari
tripeptida, ditentukan urutan asam amino dengan cara edman, yaitu dengan
pereaksi fenilisotisianat.
5. diambil polipeptida asal dan pemotongan
rantai menjadi fragmen diulangi lagi, tetapi dengan mempergunakan enzim lain,
misalnya kimotripsin atau pepsin. Kimotripsin menghidrolisis ikatan peptida
yang gugus karboksilnya berasal dari asam amino fenilalanin, triptofan atau
tirosin. Pepsin menghidrolisis ikatan peptida yang gugus aminonya berasal
dari asam amino fenilalanin, triptofan,
tirosin, lesin, asam aspartat, asam glutamat.
6. Dibandingkan komposisi asam amino dan asam
amino N-ujung serta C-ujung dari fragmen yang dihasilkan kedua cara hidrolisis
tersebut, maka urutan yang benar sisa asam amino dalam polipeptida asal dapat
ditentukan.
7. Organisasi struktur protein
Struktur tiga dimensi protein dapat
dijelaskan dengan mempelajari tingkat organisasi struktur yaitu struktur
primer, sekunder, tersier dan kuartener.
a. Struktur primer
Struktur primer protein ditentukan oleh
ikatan kovalen antara residu asam amino yang berurutan yang membentuk ikatan
peptida.Struktur primer dapat digambarkan sebagai rumus bangun yang biasa
ditulis untuk senyawa organik.Untuk mengetahui struktur primer protein
diperlukan cara penentuan bertingkat yaitu:
1.Penentuan jumlah rantai polipeptida
yang berdiri sendiri dari protein
2.Pemutusan ikatan antara rantai polipeptida yang satu dengan lainnya.
3.Pemisahan masing-masing rantai polipeptida
4.Penentuan urutan asam amino dari masing-masing rantai polipeptida dengan
cara sanger.
b. Struktur sekunder
Struktur ini terjadi karena ikatan hidrogen antara
atom O dari gugus karbonil (C=O) dengan atom H dari gugus amino (N-H) dalam
satu rantai pilipeptida,memungkinkan terbentuknya konfirasi spiral yang disebut
Struktur helix.Rantai paralel yang berkelok-kelok disebut konfirmasi
–ß,rantai dihubung silangkan oleh ikatan hidrogen sehingga membentuk suatu struktur yang disebut lembaran
berlipat-lipat.Struktur polipeptida dalam protein serabut pada rambut dan wol
berbentuk spiral yang berarah putar kekanan. Yang disebut dengan ð-helix,sedang
yang berkelok-kelok disebut ß-kerotin.
c. Struktur tersier
- Struktur
tersier terbentuk karena terjadinya perlipatan (folding) rantai
ð-helix,konformasi ß,maupun gulungan rambang suatu polipeptida,membentuk
protein glubular,yang struktur tiga dimensinya lebih rumit daripada
protein serabut.
- Kemantapan
struktur tersier suatu molekul protein selain disebabkan oleh ikatan
kovalen seperti ikatan peptida dan ikatan disulfida juga oleh ikatan
tak-kovalen yang menunjangnya yaitu yang menyebabkan terjadinya pelipatan
tersebut.
d. Struktur kuartener
Sebagian besar protein berbentuk globular yang
mempunyai berat molekul lebih dari 50 ribu merupakan suatu obligomer,yang
terjadi dari beberapa rantai polipeptida yang terpisah yang disebut juga dengan
protomer yang saling mengadakan interaksi membentuk struktur kuartener dari
proteina obligomer tersebut.
E. Metabolisme Lemak
Lemak atau lipid terdapat pada semua
bagian tubuh manusia terutama pada bagian otak, mempunyai peran yang sangat
penting dalam proses metabolisme secara umum. Sebagian lipid jaringan tersebar
sebagai komponen utama membrane sel dan berperan mengatur jalannya metabolisme
di dalam sel.
Beberapa peranan biologi yang penting dari
lipid adalah sebagi berikut:
·
Komponen
struktur membran
·
Lapisan
pelindung paad beberapa jasad
·
Bentuk
energi cadangan
·
Komponen
permukaan sel yang berperan dalam proses interaksi antara sel dengan senyawa
kimia di luar sel, seperti dalam proses kekebalan jaringan
·
Sebagai
komponen dalam proses pengangkutan melalui membran.
1. Biosintesis Asam Lemak
Biosintesis
asam lemak sebagai bagian dari biosintesis lipida adalah suatu proses
metabolisme yang penting dalam jasad hidup. Hal ini benar jika diingat jaringan
hewan mempunyai kemampuan terbatas untuk menyimpan energi dalam bentuk
karbohidrat. Dalam hal ini sebagian dari polisakarida dirombak melalui proses
glikolisis menjadi asetil ko-A, yang merupakan
prazat untuk biosintesis asam lemak dan triasilgliserol. Senyawa lipid ini
mempunyai kandungan energi yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan
karbohidrat dan dapat disimpan sebagai cadangan energi yang besar di dalam
jaringan lemak. Di dalam tumbuhan, senyawa lipid disimpan sebagai cadangan
energi yang cukup besar di dalam biji dan buah.
Biosintesis
asam lemak dari asetil ko-A terjadi di hampir semua bagian tubuh hewan,
terutama di dalam jaringan hati, jaringan lemak dan kelenjar susu. Biosintesis
ini berlangsung dalam sitoplasma, membutuhkan asam sitrat sebagai kofaktor dan
membutuhkan CO
sebagai factor
pembantu dalam mekanisme pemanjangan rantai asam lemak, meskipun CO
tidak tergabung ke
dalam asam lemak tersebut.
2. Katabolisme Asam Lemak
Asam
lemak adalah suatu senyawa yang terdiri dari rantai panjang hidrokarbon dan
gugus karboksilat yang terikat pada ujungnya. Asam lemak mempunyai dua peranan
fisiologi yang penting. Pertama, sebagai satuan pembentuk fosfolipid dan
glikolipid yang merupakan molekul amfipatik sebagai komponen mmbran biologi.
a. Oksidasi asam lemak: oksidasi beta.
Asam lemak mempunyai peran yang sangat penting
sebagai sumber pembentuk energi dalam tumbuhan dan hewan. Sebagian besar dari
padanya disimpan dalam bentuk senyawa trigliserida di dalam sel. Sebagian besar
asam lemak bebas yang mengalami katabolisme berasal dari proses hidrolisis
trigliserida oleh enzim lipase yang terdapat di dalam sel jaringan lemak. Asam
lemak ini dikeluarkan dari sel, berikatan dengan serum albumin yang kemudian
bersama aliran darah dibawa ke jaringan lainnya di dalam tubuh untuk
selanjutnya mengalami oksidasi. Dalam hal ini asam lemak yang masuk ke jaringan
lebih dulu dipergiat dengan perantaraan enzim di dalam sitoplasma, baru
kemudian dapat dimasukkan ke dalam mitokondrion untuk selanjutnya mengalami
proses oksidasi menghasilkan energi yang dipakai untuk segala kegiatan dalam
tubuh yang memerlukan energi.
Oksidasi
sempurna asam lemak berantai panjang di dalam semua sel jaringan hewan mamalia,
kecuali di dalam sel otak, menghasilkan CO
dan H
O sebagai hasil akhir. Dalam keadaan tertentu oksidasi asam
lemak dalam sel otak menghasilkan asam β-hidroksibutirat. Kelincahan gerak,
penyebaran, dan oksidasi asam lemak yang terjadi di dalam tubuh berlangsung
secara terpadu dengan proses metabolisme karbohidrat dan diatur oleh sistem
hormon endokrin yang rumit.